Isi dari title tag Ulasan JAVATECH: Ulasan | News, Smartphone, Fotografi
Showing posts with label Ulasan. Show all posts
Showing posts with label Ulasan. Show all posts

Monday, 25 January 2016

Peningkatan Pada Canon EOS M3


Bodi EOS M3 dikemas dengan sejumlah teknologi dan fitur baru secara berlimpah. Dalam artikel berikut ini kita akan lihat level performa yang tak tertandingi pada kamera ini dibandingkan model lain pada kelas yang sama.

Perbaikkan kualitas gambar dengan Sensor CMOS yang baru

Untuk mencegah cahaya flash terhalang oleh bodi lensa, EOS M3 mengadopsi unit flash yang menonjol keluar lebih tinggi dan lebih jauh ke depan. Ada dua poros putar pada engsel yang memungkinkan flash bergerak lebih jauh ke depan daripada biasanya.
Pixel count sekitar 30% lebih tinggi dibandingkan EOS M terdahulu. Namun demikian, karena ukuran pixel juga menjadi lebih kecil dan sekaligus membuatnya semakin sulit untuk menangkap cahaya. Sehubungan dengan ini, hanya dengan meninggikan pixel count akan menimbulkan noise yang lebih signifikan. Pada EOS M3, telah dibuat peningkatan pada ketahanan noise sensor CMOS, sementara noise juga ditekan melalui pemrosesan gambar oleh image processor yang baru. Hasilnya, kamera mewujudkan level resolusi nyata yang lebih tinggi sekaligus mempertahankan noise pada level yang sama seperti model terdahulu.


Monitor Tilting LCD (layar sentuh) yang bisa diputar hingga sekitar 180 derajat ke atas dan 45 derajat ke bawah. Untuk mencegah tampilan LCD terhalangi oleh bodi kamera ketika diputar-balik ke atas, tampilan disusun sedemikian rupa sehingga menggelincir ke atas apabila Anda memutarnya. Kamera dilengkapi built-in flash. Posisi pop-up flash ini tinggi, yang memungkinkannya menerangi area lebar. Dengan menerapkan mekanisme patograf, desain engsel tampak cantik tanpa ada bagian yang dihamburkan. EOS M3 juga kompatibel dengan EVF eksternal. Tidak perlu lagi mencemaskan soal visibilitas buruk tampilan monitor LCD apabila memotret di luar ruangan pada hari yang cerah. Namun, keuntungan lainnya dari EVF eksternal adalah, memungkinkan kamera untuk didukung pada tiga titik, yaitu wajah dan kedua tangan, sehingga mengurangi kemungkinan goyangan kamera, bahkan apabila lensa berat dipasang pada kamera.

Peningkatan presisi dan kecepatan pada performa AF


AF pada seri EOS M menggunakan metode hibrida pendeteksian kontras dan phase-difference detection (pendeteksian perbedaan fase). Dengan meningkatkan densitas horizontal pixel untuk phase-difference detection (pendeteksian perbedaan fase) pada sensor CMOS, EOS M3 berhasil meningkatkan presisi AF precision (Presisi AF) dan AF speed (Kecepatan AF). Itu adalah satu tantangan besar mencoba mencapai presisi dan kecepatan, yang merupakan dua elemen yang berlawanan. Tugas paling sulit adalah meningkatkan AF speed tanpa mengorbankan akurasi AF.

Kamera dilengkapi mode Creative Assist (Bantuan Kreatif) baru, yang menampilkan pengaturan untuk menyesuaikan efek pada gambar dengan menggunakan istilah sederhana, seperti “Brightness” (Kecerahan) dan “Colour tone” (Nada warna). Anda dapat mendaftarkan hingga enam set pengaturan favorit Anda. Anda bisa memuatkan pengaturan untuk bidikan yang diambil dalam mode Creative Assist, dan menerapkan pengaturan yang sama untuk menangkap gambar yang berbeda. Anda juga dapat menukar terminologi tampilan untuk menunjukkan istilah teknis untuk tiap pengaturan, yang membantu para pengguna memahami kamera dengan lebih baik. GUI juga terperbaiki. Tab diatur ulang menurut genre (pengaturan pemotretan, pengaturan dasar, dll.) agar lebih jelas. Pergerakan grafik juga lebih mulus.

Bagi anda yang akrab dengan teknik fotografi, EOS M3 memungkinkan mereka menikmati proses pemotretan yang sepenuhnya. Sedangkan bagi anda yang baru belajar fotografi, mungkin kamera ini sangat mudah ditangani. Apabila baru pertama kali menggunakan EOS M3, para pengguna dapat belajar mengenai pengaturan dalam mode "Creative Assist". Setelah lebih akrab dengan istilah kamera, dan selanjutnya dengan pengoperasian kamera, para pengguna dapat meningkatkan ke penyesuaian manual dengan menggunakan dial. EOS M3 bahkan memungkinkan para pemula untuk maju lebih jauh hanya dengan terus melatih keterampilan fotografi mereka. Oleh karena itu, semua orang pasti bisa merasa bebas memanfaatkan kamera untuk mendapatkan pengalaman fotografi yang menyenangkan.

Salam fotografi.............

Tuesday, 15 December 2015

Belajar Foto Panning Dalam Dunia Seni Fotografi

Belajar Foto Panning Dalam Dunia Seni Fotografi


Apa itu Panning??? 
Panning adalah salah satu dari teknik fotografi yang digunakan untuk membekukan gerakan benda yang bergerak. Ide dibalik teknik panning ini adalah untuk mengatasi masalah dalam menangkap objek yang bergerak cepat. Ciri-ciri foto dengan menggunakan teknik panning adalah fokus dengan tajam terhadap objek yang bergerak sedangkan background nya blur atau kabur.

contoh foto panning

Bagaimana cara teknik foto panning
  • Pilih Shutter Speed yang lebih rendah dari yang Anda sering gunakan. Mulai dengan 1/30sec kemudian coba-coba dengan Shutter Speed yang lebih rendah. Shutter Speed yang digunakan tergantung pada jumlah cahaya dan kecepatan objek, gunakan 1/60sec hingga 1/8sec. 
  • Posisikan diri Anda di tempat dimana pandangan Anda terhadap objek tidak akan terhalang oleh siapapun, atau apapun. Juga mempertimbangkan latar belakang objek Anda, meskipun akan blur namun jangan sampai mengganggu terhadap objek Anda. Background yang berwarna atau cenderung menghasilkan blur yang bagus. 
  • Jika Anda menggunakan lensa yang panjang, gunakan tripod atau monopod dengan head yang bisa berputar agar pergerakan kamera mulus dalam mengikuti objek. 
  • Jika Anda menggunakan kamera dengan auto focus motor Servo Anda dapat membiarkan kamera melakukan focus mengikuti pergerakan objek dengan menekan setengah tombol Shutter. 
  • Jika kamera Anda tidak memiliki auto focus yang cukup cepat Anda harus melakukan pra-fokus pada kamera Anda di tempat dimana Anda akan menekan tombol Shutter. 
  • Ikuti pergerakan objek sambil menekan setengah tombol Shutter untuk mengambil focus pada objek, jika pergerakan tangan Anda sudah relative sama dengan objek maka tekan penuh tombol Shutter (lakukan selembut mungkin untuk mengurangi guncangan kamera). 
  • Setelah Anda menekan tombol Shutter terus ikuti arah pergerakan objek sampai proses pengambilan gambar selesai. 
  • Terakhir jangan lupa practice, practice and practice. Lakukan banyak latihan dalam mempraktekkan teknik Panning.
  • Selamat ber experiment dengan kamera anda.............

Saturday, 12 December 2015

Bagian Terakhir Belajar Kamera DSLR Untuk Fotografer Pemula



Ini adalah bagian terakhir dari serial Belajar DSLR Untuk Pemula. Pada bagian yang lalu, kita sudah mengenal bagian-bagian kamera serta fungsinya. Sekarang, kita akan lihat apa yang menjadi bagian paling “menghebohkan” dari kamera DSLR, yaitu lensa.
Salah satu alasan terbesar orang hijrah ke DSLR adalah lensanya yang bisa diganti-ganti sesuai kebutuhan. Fotonela sudah pernah membahas beberapa hal tentang lensa DSLR ini. Artikel-artikel itu adalah tentang:
Kamu bisa coba membaca artikel-artikel diatas sebagai suplemen atau tambahan dari artikel ini.
Lensa, pada dasarnya, adalah serangkaian optik atau kaca yang diatur sedemikian rupa sehingga bisa mengantarkan cahaya menuju sensor kamera. Ada lensa zoom (beberapa ukuran dalam satu lensa, mulai dari jarak paling dekat ke yang paling jauh), lensa fix/prime (satu ukuran saja pada satu lensa), serta lensa-lensa dedicated atau lensa khusus untuk keperluan tertentu seperti macro, wide angle, fisheye, tilt-shift, dan sebagainya.
Kenapa seorang fotografer membutuhkan beberapa lensa yang berbeda?
Karena kemampuan setiap lensa berbeda, dan seorang fotografer akan sampai pada saat dimana ia membutuhkan lensa dengan karakteristik yang berbeda. Misalnya, mereka yang suka memotret benda-benda langit akan membutuhkan lensa tele yang bisa zoom sampai mendekati objek. Mereka yang menggemari portrait akan menyukai lensa dengan bukaan aperture maksimal yang kecil. Mereka yang suka landscape akan memilih lensa ultra wide angle, dan seterusnya


Bagaimana caranya saya tahu lensa apa yang saya butuhkan?
Tentunya berawal dari praktek. Umumnya, lensa pertama yang digunakan pengguna pemula DSLR adalah lensa kit ukuran 18-55mm dengan f/5.6-3.5. Seiring waktu dan penggunaannya, kamu akan mengenali keterbatasan dari lensa ini. Misalnya, bokeh yang kurang maksimal karena bukaan aperture yang tidak terlalu lebar. Atau sulitnya mendapatkan foto candid karena jarak tele-nya yang “hanya” 55mm. Lalu seiring waktu pula kita akan mulai menemukan satu genre yang menjadi favorit kita. Apakah itu macro, landscape, portrait, dan sebagainya. Dari sinilah kamu kemudian akan mencari lensa yang paling cocok dengan kebutuhan, Setelah melalui riset, survey, menbaca referensi kamu pasti bisa menemukan lensa yang paling cocok baik itu secara teknis maupun anggaran.


Kenapa ada lensa yang mahal dan ada yang murah?Banyak variabel yang menentukan harga sebuah lensa. Mulai dari merk sampai kualitas optik. Lensa fix biasanya lebih murah daripada lensa zoom karena rangkaian kaca di dalamnya lebih sederhana. Lensa dedicated akan jauh lebih mahal karena membutuhkan optik khusus untuk mendapatkan efek tertentu. Merk lensa juga menentukan harga. Ini kemudian membuat orang mencari alternatif untuk bisa memasangkan kameranya dengan lensa dari pabrikan lain yang kualitasnya bagus tapi harganya lebih terjangkau. Atau bisa juga digunakan converter yang fungsinya seperti filter tapi bisa menciptakan efek dengan harga jauh lebih murah daripada lensa khusus.
Sekarang, kita akan lihat bagian-bagian umum dari sebuah lensa DSLR. Sebagai contoh, saya pakai lensa fix 50mm:
anatomi lensa
Pada bagian tubuh lensa, atau pipa, kita bisa menemukan informasi sebuah lensa. Berapa ukuran focal lengthnya (pada gambar diatas, 50mm), berapa bukaan aperture maksimalnya, berapa diameternya, dan pada lensa zoom akan tertera angka-angka untuk menandai perubahan focal length dari jauh ke dekat dan sebaliknya. Juga pada beberapa lensa ada penanda infinity (angka 8 rebah) untuk bukaan aperture minimal yang terkecil
Switch auto fokus/manual fokus bisa digunakan sesuai kebutuhan. Auto untuk kepraktisan, sementara manual menawarkan ketepatan. Kamu bisa baca juga artikel tentang menguasai manual fokus dan situasi apa saja yang cocok untuk mode ini.
Jika lensa dalam keadaan MF (Manual Focus), maka ring fokus di bagian ujung bisa diputar-putar untuk menemukan titik fokus yang tepat dan diinginkan. Jangan sekali-kali memutar ring ini pada keadaan AF karena bisa merusaknya secara permanen.
Demikian artikel terakhir untuk seri belajar DSLR ini. Semoga bermanfaat dan bisa kamu praktekkan.........

Thursday, 10 December 2015

3 Lensa DSLR Yang Sebaiknya Kamu Miliki

3 Lensa DSLR Yang Sebaiknya Kamu Miliki


Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan seorang fotograferlah yang menentukan bagus atau tidaknya hasil akhir dari sebuah foto. Tapi, di dunia digital ini, dengan semakin banyaknya fitur yang ditawarkan kamera DSLR dan lensa, peralatan juga memegang peranan penting agar seorang fotografer bisa mendapatkan hasil yang ia inginkan. Setelah kamu punya body camera DSLR, saatnya berinvestasi di tiga lensa ‘dasar’ yang sebaiknya kamu miliki.
Hanya ada tiga jenis lensa yang terbukti akan memberikan keuntungan di sepanjang perjalanan fotografi. Mereka adalah:

1. Lensa Medium

50mm
Ini adalah tipe lensa paling umum untuk kamera DSLR dan umumnya digunakan untuk foto-foto mid-range. Lensa medium bisa menangkap apa yang mata kita biasa lihat, sehingga membuatnya menjadi alat yang sempurna untuk portrait. Jika kamu akan membeli lensa medium, pilihan terbaiknya adalah ukuran 50mm dengan f/1.8

2. Lensa Wide-angle

tokina wide angle
Kalau kamu sering membaca artikel tentang kamera DSLR dan fotografi, maka kamu pasti akrab dengan lensa wide-angle. Ini adalah lensa DSLR yang digunakan untuk memotret pemandangan yang lebar dalam jarak yang terbatas (misalnya kalau kamu tidak bisa bergerak mundur lebih jauh untuk mendapatkan pandangan melebar). Tapi, lensa ini juga bisa digunakan untuk menghasilkan lebih banyak kedalaman untuk menghasilkan perspektif yang menarik. Lensa Tokina 11-16mm dengan f/2.8 bisa menjadi pilihan terbaik untuk lensa jenis ini karena mengklaim mampu memberikan pandangan yang sangat lebar tanpa menimbulkan efek fish-eye.

3. Lensa Telephoto

canon85
Pasti keren sekali kalau kamu bisa memotret burung yang sedang bertengger di ketinggian pohon atau memotret candid dari jarak yang aman sehingga objek tidak menyadari kehadiranmu. Ini semua dimungkinkan oleh lensa telephoto yang secara nyaman membuat objek yang sangat jauh jadi tampak dekat. Lensa ini juga hebat dalam hal mengkompres ruang dan menunjukkan proporsi yang benar. Untuk pemula, disarankan Canon 85mm f/1.8 karena bisa memberikan depth of field yang indah.
Sebelum kamu memutuskan untuk melengkapi persenjataanmu dengan lensa-lensa ini, berikut tips untuk membeli lensa DSLR:
Pahami kebutuhanmu – foto macam apa yang ingin kamu tangkap? Apakah kamu berfokus pada landscape ataukah portrait? Kalau kamu punya ide yang jelas tentang pilihan fotografimu, maka ini akan memudahkanmu menemukan lensa DSLR yang tepat.
Disiplin dengan budget - dengan begitu banyaknya pilihan, kamu bisa dengan mudah terlena lalu membeli benda-benda yang sebenarnya tidak kamu perlukan. Untuk memastikan kamu hanya membeli apa yang perlu, buatlah anggaran dan berdisiplinlah dengan apa yang sudah kamu rencanakan.
Baca beberapa review – rajinlah browsing dan membaca review hands-on dari beberapa pakar lensa dan kamera, lihat-lihatlah beberapa hasil jepretan dari lensa yang kamu cari untuk membantu menentukan merk dan ukuran yang paling cocok denganmu.
Bandingkan harga – jangan pernah berpikir bahwa kualitas sebuah lensa DSLR hanya berdasar pada harganya. Saat kamu mencari lensa kamera yang sempurna, perhatikanlah fiturnya lalu bandingkan harganya dengan merk lain yang memiliki fitur sama. Mungkin hal semacam ini terdengar merepotkan, tapi hasilnya akan sangat sepadan.
Kamera DSLR pastinya adalah sebuah alat yang hebat untuk fotografer modern. Tapi, ini bukan alasan untuk jadi korban bujuk rayu iklan. Selalu berpikir dengan jernih, pelajari dasarnya, lalu evaluasi pilihanmu. Ini adalah cara terbaik untuk mendapatkan lensa DSLR yang terbaik untukmu.

Memaksimalkan Fungsi Lensa Kit DSLR

Disaat kamu pertama kali membeli dSLR, mungkin body camera akan dibeli satu paket dengan kit lens atau lensa bawaan. Pada umumnya 18-55mm f/3.5-5.6 seperti yang datang bersama Nikon D3100 yang saya gunakan. Lensa ini bagus untuk memotret dengan wide angle sampai jarak medium. Lensa zoom ini tidak termasuk lensa cepat (seperti yang sudah kita bahas pada post sebelumnya), tapi jangan berkecil hati dulu. Bila kamu mengenal dan menggunakannya dengan benar, dia bisa menghasilkan foto-foto yang kualitasnya tidak jauh beda dengan lensa-lensa mahal.
Lensa Kit Nikon 18-55mm
Lensa Kit Nikon 18-55mm
Carilah Sweet Spot pada lensamu. Semua lensa punya sweet spot, ini adalah titik dimana lensa bisa menghasilkan gambar tertajamnya. Lensa ukuran 18-55mm f/3.5-5.6 punya sweet spot di sekitar f/8. Kamu, tentunya, bisa memotret dengan bukaan aperture lebih tinggi atau rendah dari itu tanpa masalah. Tapi untuk ketajaman maksimal, gunakan angka f/8 untuk aperture.
Bergabunglah dengan cahaya. Karena kit lens tidak termasuk lensa cepat, maka dia tidak bekerja dengan baik dengan pencahayaan rendah. Tapi dibawah cahaya terang, ia bisa jadi luar biasa. Manfaatkan matahari di saat hari cerah, dan kamu akan mendapatkan foto-foto yang bagus.
Stabilkan tanganmu. Karena teknik memegang kamera sangat berpengaruh dalam menentukan ketajaman foto. Terutama di tempat-tempat bercahaya rendah. Berlatihlah memantapkan pegangan tanganmu. Tapi ini tentu hanya berlaku kalau kamu tidak memiliki tripod atau tidak ada permukaan datar untuk meletakkan kameramu.
Gunakan pengaturan yang “menurun” saat kamu harus memotret di dalam ruangan atau dengan pencahayaan rendah.
  • Jangan menggunakan zoom in terlalu dekat, melebar saja. Zoom in akan mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke kamera.
  • Naikkan ISO. Tapi, tentu, ISO yang tinggi akan mengakibatkan noise pada fotomu.
Pakailah angka tengah. Ini sama dengan sweet spot pada bukaan aperture, angka terbaik untuk mendapatkan gambar tertajam ada di bagian tengah lensa atau sekitar 35mm. Ini juga jarak yang bagus untuk membuat portrait yang indah. Pada jarak 35mm, atau setara dengan 52mm pada sensor .5 atau .6, pembesaran yang dihasilkan lensa paling sedikit memberikan “gangguan” gambar terutama pada garis-garis lurus.
Tidak perlu kuatir tentang membeli lensa yang lebih mahal kalau saat ini kamu sudah punya kit lens. Manfaatkan dulu karena sekarang kamu sudah tahu bagaimana memaksimalkannya.

Mengenal Jenis - Jenis Lensa Dan Kegunaannya

Mengenal Jenis - Jenis Lensa Dan Kegunaannya



Seperti yang kamu mungkin sering dengar di televisi akhir-akhir ini; lensa adalah kekuatan kamera SLR. Ada banyak sekali jenis lensa di dunia fotografi dengan kegunaan, kelebihan, dan kekurangannya masing-masing. Untuk kamu yang mungkin belum begitu paham, berikut daftarnya:
Fisheye: Tidak ada manfaat spesifik, kecuali memberikan efek mata ikan. Baca juga penjelasan lebih spesifiknya di artikel yang ini.
Ultra-wide rectilinear, lebih lebar dari 19mm: Biasanya untuk memotret interior, dengan ruang terbatas tapi dibutuhkan pandangan menyeluruh di dalam sebuah ruangan.
Ultra-wide-angle (19, 20, 21, atau 24mm): Satu dari empat atau lima lensa penting untuk profesional, sangat berguna untuk seniman dan pemula yang sudah mengenal dasar fotografi. Digunakan untuk landscape, interior, street photography, foto massa, dan sebagainya. Masih jarang orang menggunakan lensa ukuran ini untuk fotografi sehari-hari.
Ultra-wide-angle zoom (lebar ujungnya 20mm atau lebih lebar): Berguna jika seorang fotografer mau membawa sebuah lensa berat dan bukannya tiga yang lebih ringan, atau mereka yang menyukai efek flare. Kadang berpasangan dengan lensa zoom 80-200mm sebagai dua lensa penting profesional.
Wide angle: Sekarang lensa ukuran 24mm lebih sering digantikan oleh 20mm dan lensa 35mm telah menjadi focal length yang dianggap normal, sehingga diantara keduanya hadirlah focal length fixed yaitu 28mm. Berguna untuk melakukan pemotretan apapun (terutama untuk street photography, art, photojournalism, dan portret lingkungan) dimana tampilan lebar dibutuhkan.
Shift: Untuk memotret bangunan. Memperbaiki lengkungan pada garis yang diakibatkan oleh masalah perspektif.
Tilt shift: sama dengan lensa shift, sekarang biasanya digunakan untuk memberi efek miniatur, juga untuk memotret landscape dengan porsi foreground yang banyak.
Zoom 28-200mm untuk segala keperluan: jarang dipakai karena range focal-nya yang terlalu lebar sehingga tidak bisa menghasilkan foto yang kualitasnya baik.
Lensa fixed normal (35mm): Ini adalah focal length yang paling mudah digunakan untuk memotret, tapi seringkali digantikan oleh lensa zoom. Sering digunakan untuk street photography.
Normal/standard (50mm): Berguna untuk memotret jarak dekat. Bagus untuk belajar disiplin bagi mereka yang sudah terbiasa menggunakan lensa zoom. Jika digunakan oleh mereka yang ahli, bisa menghasilkan foto serupa wide angle juga telephoto.
Macro/micro: Untuk memotret bunga, serangga, bola mata, bulu mata, barang-barang kecil, sarang laba-laba yang dihiasi embun, dan semacamnya. Lensa hobi yang sangat populer, karena fotografer makro adalah salah satu tipe fotografer paling antusias yang seringnya memotret hal-hal menyenangkan.
Normal super cepat (f/2, f/1.2): Digunakan oleh mereka yang suka depth of field yang sangat terbatas. Biasanya untuk membuat portrait, juga untuk mereka yang suka bokeh.
Zoom standard (35-70mm, 28-105mm, 35-135mm, dsb.): Digunakan untuk memotret dibawah cahaya terang – biasanya snapshot, pemandangan, mobil, foto perjalanan, foto-foto underexposedm dan foto yang meledak karena flash dari kamera. Berguna untuk foto-foto yang sangat umum.
Lensa fixed 135mm: Jarang digunakan atau dimiliki. Umumnya hanya menjadi lensa standard 35mm jika digunakan pada kamera rangefinder.
Zoom medium cepat: Untuk profesional, ini adalah lensa sehari-hari. Untuk pemula, jarang digunakan. Sangat mahal, besar, dan berat tapi kualitasnya setara lensa fixed yang lebih murah.
Short tele (75, 77, 80, 85, 90, 100, atau 105mm): Untuk portrait, landscape ketat, foto wajah, beauty dan fashion. Biasanya kit lens yang datang bersama body camera juga dalah zoom standard seperti ini.
Lensa fixed lambat 180mm atau 200mm: Ringan dan mudah dibawa.
Telephoto zoom standard (70 atau 80 atau 180, 200, atau 210): Baik itu cepat atau lambar, lensa ini bagus untuk kebanyakan fotografer, pro maupun pemula. Digunakan untuk segala jenis action, aktivitas, fashion, portrait, foto wajah, reportase, olahraga, wildlife, landscape dan alam. Bisa mencakup range telephoto yang dibutuhkan kebanyakan fotografer – setidaknya sampai mereka mulai tertarik untuk memotret burung.
300mm cepat: Untuk fashion, katalog, fashion show, olahraga, alam, pertunjukan pesawat terbang. Lensa yang penting untuk profesional, juga untuk fotografer alam. Agak sulit digunakan oleh pemula kecuali untuk memotret serangga.
400mm: Serangga, olahraga, dan burung. Juga untuk memotret pertandingan sepak bola dengan fokus pada pemain secara individu.
500mm: Serangga dan burung.
600mm: Serangga.

Memahami Dasar Ukuran Lensa Kamera DSLR

Memahami Dasar Ukuran Lensa Kamera DSLR


Lensa dibuat dengan berbagai ukuran yang menentukan focal length. Semakin panjang focal length-nya, semakin sempit view-nya tapi semakin dekat dengan objek. Semakin pendek, semakin lebar pandangan yang kita dapat tapi objek akan tampak jauh dalam foto.
Lensa standar disebut lensa prime atau fix dan tidak memiliki fasilitas zoom. Ini berarti satu lensa hanya satu ukuran focal length. Biasanya ia menghasilkan gambar yang lebih tajam dibandingkan lensa zoom. Jika kamu menggunakan prime lens, satu-satunya cara untuk mendekat dan menjauhi objek hanya dengan bergerak. Prime lens ada dalam beberapa ukuran, yaitu 24mm, 35mm, 50mm, 85mm, 100mm, 135mm, 200mm, 500mm, and 1000mm. Lensa ukuran 50mm menghasilkan gambar paling tajam pada bukaan aperture terbesar.
Beberapa lensa yang – memang – mahal, bisa memberikan hasil yang dramatis pada foto yang kamu ambil, misalnya lensa zoom 70-200mm f/2.8 yang bisa menghasilkan foto hampir tampak 3 dimensi. Biasanya digunakan untuk foto-foto makro yang menonjolkan detil kecil.
Crowd
foto yang diambil menggunakan lensa zoom 70-200mm f/2.8 oleh Riesling Dream
Ada juga wide-angle lens yang bisa memberikan pandangan lebar dari kiri ke kanan seperti lensa ukuran 17-40mm f/4.0 sehingga memberikan kesan luas dan lega. Biasanya digunakan untuk memotret landscape.
Molo a Pietra
landscape yang dipotret menggunakan wide angle lens oleh Pietro Omar
Seperti yang sudah pernah kita ulas dalam artikel tentang aperture, angka f atau f/stops akan menentukan juga kecepatan lensa. Semakin kecil angkanya, semakin cepat. Lensa dengan angka f/stops kecil harganya lebih mahal, ukurannya lebih panjang, dan lebih berat karena ia menggunakan banyak kaca untuk mengatur cahaya di dalamnya. Ia bisa memotret lebih baik dengan cahaya rendah dan menghasilkan DoF yang sempit. Lensa zoom yang cepat ada pada ukuran f/stops terkecil 2.8, sementara zoom yang lambat ukuran f/stops terkecilnya 5.6. Lensa fixed yang cepat angka f/stops terkecilnya 1.4 dan 2, sementara yang lambat adalah f/2.8 atau f/4.
Kit lens, atau lensa yang biasanya datang satu paket dengan kamera, adalah lensa zoom dengan range 18-55mm yang termasuk lensa lambat. Jika sudah cukup mengenal dasar-dasar memotret, mungkin kamu ingin mencoba lensa fixed 50mm yang hasilnya bagus tapi harganya terjangkau. Setelah beberapa lama, mungkin kamu akan ingin menabung untuk membeli lensa yang lebih panjang, atau mungkin lensa wide angle sesuai keperluan memotretmu. Mungkin juga kamu harus coba terus menerus memakai satu lensa dalam waktu yang lama sampai kamu benar-benar memahami fungsinya dan mengenal “sweet spot”-nya untk menghasilkan foto terbaik.
Terlepas dari semua ukuran lensa diatas, orang di balik lensa yang lebih menentukan hasil akhir dari foto-foto yang akan dibuat. Fotografer yang tidak bisa memotret tetap akan menghasilkan foto yang buruk meskipun lensanya super canggih.

Tuesday, 8 December 2015

10 Pengetahuan Dasar Untuk Fotografer Pemula



Fotografi bukanlah soal bagaimana cara anda menekan tombol shutter. Fotografi juga membutuhkan jiwa seni yang tergolong rumit. Ia bukan hanya sekedar hobi melainkan rasa, dan inovasi karya yang selalu berkembang.
Anda membeli sebuah kamera kompak / DLSR yang harganya jauh lebih mahal dari kamera biasa hanya untuk sekedar jepret sana sini tapi tak mau mengembangkan keahlian, saya pikir hal itu hanyalah pemborosan isi kantong anda saja. Jika untuk sekedar berfoto ria lebih baik menggunakan kamera biasa seperti kamera ponsel atau kamera saku. Tapi saya yakin kalau Anda berada di blog ini karena ingin mengetahui lebih lanjut tentang fotografi.
Belajar fotografi sebaiknya step by step. Jangan terlalu cepat melangkah ke tahap yang sulit jika tak tahu dasarnya dimulai dari mana. Karena itu hanya akan membuat Anda bertanya-tanya, bingung, dan akhirnya Anda akan kembali lagi ke tahap awal.
Disini saya telah menulis beberapa tutorial dasar fotografi yang sangat penting dipelajari oleh para pemula. Dan saya yakin para ahli lainnya juga akan merekomendasikan ilmu yang sama. Berikut beberapa pengetahuan dasar fotografi yang perlu Anda pelajari: 
1. Mengenal Kamera
Rekomendasi pertama adalah mengenal bagian-bagian penting kamera dan juga fitur serta kemampuan kamera Anda. Sebagai fotografer sudah seharusnya Anda menyatu dengan kamera Anda. Kenali dan pelajari fungsi dari tiap-tiap tombol yang tersebar di kamera Anda. Silahkan baca di sini untuk mengetahui bagian-bagian pada kamera beserta fungsinya.
2. Cara Menekan Tombol Shutter
Tombol shutter adalah tombol yang Anda tekan untuk mengambil gambar (memotret). Cara menekan tombol shutter pada kamera DSLR berbeda dengan cara menekan tombol shutter pada kamera ponsel, saku (pocket) atau sekelasnya. Silahkan baca di sini untuk mengetahui cara yang benar menekan tombol shutter.
3. Mengenal Eksposur (Exposure)
Eksposur merupakan nyawa dari fotografi. Jadi, sangat direkomendasikan untuk Anda mengetahui dan menguasai apa saja yang berhubungan dengan eksposur ini. Baca di sini untuk mengenal apa itu eksposur.
4. Mengenal Segitiga Eksposur (Exposure Triangle)
Eksposur dibentuk oleh 3 elemen / pengaturan yang disebut segitiga eksposur. Sedangkan 3 elemen tersebut adalah:

1.            Shutter speed 
2.            Aperture / difragma
3.            ISO 
Setelah menguasai eksposur dan segitiga eksposur Anda bisa melakukan percobaan / praktek dengan menggunakan anda.
5. Tentang Lensa
Kamera terbagi dua yaitu bodi (gear) dan lensa yang dihubungkan ke bodi kamera. Dan berikut artikel yang membahas tentang lensa:

·                     Mengenal jenis-jenis lensa
·                     Penjelasan kode pada lensa
·                     Cara menggunakan fokus pada lensa

6. Teknik Pengambilan Gambar (Type of Shot)
Ada cara yang benar yang diberlakukan sesuai kaidah fotografi untuk bagaimana cara mengambil gambar yang benar. Aturan ini disebut Teknik Pengambilan Gambar (Type of Shot).
7. Mengenal Sudut Pandang (Angle)
Selain teknik pengambilan gambar, sangat direkomendasikan juga untuk Anda mengetahui macam-macam sudut pandang (angle).
8. Tentang Fokus
Terbentukya fokus ini didukung oleh berapa hal. Anda perlu mengetahui apa saja yang berhubungan dengan fokus.

·                     Cara menggunakan fokus pada lensa
·                     Cara mengatur AF Point atau titik area fokus
·                     Mengenal DOF atau Depth of Field

9. Settingan Kamera dan Teknik Motret
Ada beberapa settingan kamera yang perlu Anda kuasai dan ini berhubungan erat dengan hasil pemotretan atau kata lain mendukung hasil foto dan kreasi Anda. Selain itu, perlu juga untuk Anda mengetahui beberap teknik dasar yang dibutuhkan dalam pemotretan.

·                     Mengenal Light Meter dan fungsinya
·                     Mengenal macam-macam jenis shooting pada Drive Mode
·                     Mengenal White Balance (WB) dan cara penggunannya
·                     Mengenal Picture Style dan cara menggunakannya
·                     Mengenal Rule of Thirds atau aturan pertiga

10. Mengenal Genre Fotografi
Seperti seni lainya yang memiliki banyak aliran (genre), maka fotografi juga memiliki banyak aliran fotografi. Ada beberapa genre fotografi yang umum dan populer yang perlu Anda ketahui.

Sekali lagi saya ingatkan untuk belajar secara bertahap. Terus lakukan uji coba dan bermainlah dengan kamera Anda. 


Mengenal Eksposur Pada Kamera DSLR





Eksposur (exposure) secara bebas disebut juga pencahayaan. Eksposur merupakan inti dalam fotografi yang juga memainkan peran utama dalam menentukan baik atau buruknya kualitas foto Anda.

Pada kamera SLR telah disediakan beberapa pilihan eksposur yang bekerja secara auto untuk keperluan tertentu seperti memotret olahraga, kebang api, closeup, dll. Semua pilihan tersebut secara umum disebut juga mode pemotretan.
Namun sayangnya eksposur auto hanya bekerja sesuai kehendak program, bukan sesuai kemauan Anda. Maka terkadang hasil foto menggunakan eksposur auto berbeda dengan yang Anda harapkan. Oleh sebab itu, sejatinya eksposur yang lebih baik itu adalah yang dibentuk secara manual sesuai keinginan Anda. 
Pada artikel ini kita akan mengenal dasar eksposur agar nantinya Anda bisa dengan mudah menggunakan eksposur secara manual.
Eksposur terbentuk dari 3 pengaturan utama yaitu:
1. Shutter Speed

Saat Anda menekan tombol shutter untuk memotret, maka tirai rana akan terbuka lalu menutup kembali dengan rentang waktu tertentu. Nah! Lamanya waktu tirai rana itu terbuka lalu menutup kembali itulah yang disebut shutter speed. Perhatikan gambar di bawah ini:

Anda bisa mengatur rentang waktu (shutter speed) tersebut secara manual sesuai keinginan Anda.
2. Aperture / Diafragma

Bila pada shutter speed mengenai rentang waktu terbukanya tirai rana, maka pada aperture / diafragma adalah besar kecilnya bukaan pada lensa. Untuk mengetahui seperti apa bentuk bukaan lensa tersebut silahkan lihat gambar di bawah ini:


3. ISO

ISO adalah ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya. Simpelnya agar mudah Anda pahami bahwa ISO adalah pengaturan untuk menentukan tinggi rendahnya pencahayaanpada hasil foto Anda.

Ketiga pengaturan di atas dikenal sebagai segitiga eksposur (exposure triangle). Ketiganya saling berkaitan dan hasil kolaborasi dari ketiga pengaturan tersebut itulah yang menciptakan sebuah eksposur / pencahayaan. 

Lantas bagaimana ketiga pengaturan tersebut bekerja dan membentuk sebuah eksposur?

Seperti yang saya jelaskan di atas tentang shutter speed, bahwa tirai rana akan terbuka dan menutup saat Anda memotret. Nah! Pada saat tirai rana itu terbuka, sensor akan melakukan pengambilan gambar dan di saat yang bersamaan pula cahaya yang menentukan terang dan gelapnya hasil foto Anda juga ikut masuk melalui tirai tersebut.

Jadi, semakin lama waktu tirai itu terbuka (shutter speed lambat) maka semakin besar peluang cahaya masuk, dan hasilnya foto Anda akan semakin terang. Seperti itulah cara kerja shutter speed.

Kemudian untuk cara kerja aperture yaitu semakin besar pembukaan pada lensa maka semakin banyak pula cahaya yang masuk, dan hasilnya foto Anda juga akan terang. 

Oleh sebab itu shutter speed dan aperture harus seimbang dan bekerjasama sesuai kondisi cahaya di tempat Anda memotret.

Lalu bagaimana dengan ISO?

Tidak selalunya Anda berhadapan dengan kondisi cahaya yang cukup terang. Akan ada saat di mana Anda memotret pada situasi yang minim cahaya seperti dalam ruangan atau di malam hari. Pada kondisi seperti itu Anda membutuhkan pengaturan dukungan dari ISO untuk memaksimalkan kualitas cahaya pada foto Anda.

Mudahkan? Anda harus bisa memahami cara kerja eksposur secara manual agar tidak selalu bergantung pada mode auto.